Gambar: esdm.go.id

Kolaborasi Antara Indonesia Dan Jepang Mendorong Perkembangan Teknologi Hidrogen Dan Amonia

Jumat, 07 Jun 2024

Indonesia telah menetapkan rencana aksi untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Rencana ini berfokus pada pengembangan energi baru dan terbarukan seperti surya, air, angin, panas bumi, hidrogen, dan ammonia. Selain digunakan sebagai sumber energi baru, hidrogen dan ammonia juga akan digunakan sebagai penyimpanan dan pembawa energi untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan dan menghubungkan antara sumber energi dengan permintaan. Hidrogen dan ammonia dianggap sebagai energi baru yang menjanjikan dan sangat diperlukan dalam transisi energi, serta termasuk dalam konsep Asian Zero Emission Community (AZEC) yang dipromosikan oleh pemerintah Jepang.

Untuk mendukung pencapaian netralitas karbon pada tahun 2060, Japan International Cooperation Agency (JICA) sebagai badan kerja sama internasional Jepang telah menyelenggarakan forum promosi Hidrogen dan Amonia di Jakarta pada tanggal 31 Mei lalu. Forum ini tidak hanya berisi diskusi dan pengenalan terbaru mengenai Hidrogen dan Amonia, tetapi juga melibatkan penandatanganan Memorandum of Cooperation (MOC). Kesepakatan kerja sama ini dilakukan antara JICA, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta Indonesian Fuel Cell Hydrogen Energy Association (IFHE) untuk mempromosikan pengembangan Hidrogen dan Amonia.

"Forum Hidrogen dan Amonia ini merupakan langkah awal dalam berbagai upaya kolaborasi potensial antara Indonesia dan Jepang. Saya yakin bahwa kerja sama yang kuat dan solid ini akan mempercepat transisi energi untuk mencapai target NZE di kedua negara," ujar Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, Eniya Listiani Dewi, dalam sambutannya di hadapan para pejabat pemerintah dan perwakilan perusahaan swasta dari Jepang dan Indonesia.

Eniya mengumumkan bahwa Indonesia telah meluncurkan Strategi Hidrogen Nasional pada akhir tahun 2023, yang akan menjadi panduan bagi para pemangku kepentingan dalam pemanfaatan hidrogen. Selain itu, Peta Jalan Hidrogen Nasional juga telah disusun dengan target yang terperinci dan rencana aksi tahunan hingga tahun 2060, yang diharapkan akan disepakati pada bulan Juni 2024 ini.

"Kami juga tengah menyiapkan Standar Hidrogen Indonesia dan Standar Klasifikasi Bidang Bisnis Hidrogen Indonesia, agar ekosistem hidrogen dapat direalisasikan dengan segera. Selain itu, sedang disusun naskah akademis yang dijadwalkan selesai pada bulan September 2024," ujar Eniya.

Indonesia saat ini telah memulai penggunaan hidrogen, di mana PT Nusantara Power, anak perusahaan PT PLN (Persero), telah meluncurkan Pembangkit Hidrogen Hijau 100% pertama yang berlokasi di Jakarta. Saat ini, terdapat beberapa proyek hidrogen yang sedang berjalan di Indonesia, antara lain hidrogen hijau hibrida dari energi surya dan angin di Sumba Timur, pembangkit hidrogen berbasis Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Kalimantan Utara dan Papua, serta proyek perintis di Ulubelu yang menggunakan kondensat panas bumi. Proyek-proyek ini memberikan gambaran tentang upaya Indonesia dalam mengeksplorasi berbagai metode berkelanjutan dalam produksi hidrogen.

Dengan penggunaan hidrogen dan amonia yang signifikan, Indonesia bertujuan untuk menjadi pemain utama dalam pasar hidrogen global dan menjadi pusat hidrogen regional. Berkat posisinya yang berdekatan dengan Selat Malaka, salah satu jalur laut strategis di dunia, Indonesia memiliki posisi strategis untuk mengekspor hidrogen hijau ke berbagai negara di Asia-Pasifik dan negara-negara di luar wilayah tersebut.

"Kami akan mengembangkan ekosistem hidrogen yang komprehensif, yang meliputi produksi, penyimpanan, transportasi, dan pemanfaatannya. Kami yakin dengan dukungan negara mitra seperti Jepang, Indonesia dapat mencapai visinya untuk menjadi pusat hidrogen dunia yang kompetitif," kata Eniya.

Nota kesepahaman (MoC) Indonesia - Jepang

Berdasarkan kesepakatan MOC, JICA berencana untuk meluncurkan survei pengumpulan data baru mengenai rantai pasokan Hidrogen dan Amonia pada akhir tahun 2024. Melalui langkah-langkah tersebut, sektor publik dan swasta di Indonesia dan Jepang akan bekerja sama untuk mendorong transisi energi melalui penggunaan Hidrogen, Amonia, dan energi baru lainnya. Ini pada akhirnya dapat membantu mencapai tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 7 (Energi Bersih dan Terjangkau), nomor 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), dan nomor 13 (Penanganan Perubahan Iklim).



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.