Harga batu bara mengalami penguatan kembali pada Rabu (5/3/2025), melanjutkan tren positif selama tiga hari berturut-turut. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan produksi batu bara di China, meskipun negara tersebut juga mempercepat pengembangan energi terbarukan sebagai sumber utama listrik. Harga batu bara Newcastle untuk bulan Maret 2025 meningkat sebesar US$ 2,6 menjadi US$ 104,1 per ton. Untuk bulan April 2025, harga naik US$ 1,55 menjadi US$ 105,1 per ton. Sementara itu, harga untuk bulan Mei 2025 bertambah US$ 1,35 menjadi US$ 107,85 per ton. Di sisi lain, harga batu bara Rotterdam untuk Maret 2025 mengalami kenaikan sebesar US$ 0,4 menjadi US$ 96,65. Untuk bulan April 2025, harga meningkat US$ 0,25 menjadi US$ 96. Namun, pada bulan Mei 2025, harga mengalami penurunan sebesar US$ 0,1 menjadi US$ 95,25. Dikutip dari Oilprice.com, meskipun memiliki ambisi besar untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan, China tetap mengandalkan batu bara sebagai sumber utama listrik yang dapat diandalkan. Pemerintah China telah mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi batu bara serta pembangkitan listriknya, sambil tetap berusaha untuk memperluas kapasitas energi angin dan surya. Selain itu, pemerintah juga berencana untuk mengubah mekanisme penetapan harga listrik yang dihasilkan dari instalasi tenaga angin dan surya. Keputusan ini diambil setelah munculnya berita mengenai pemangkasan subsidi untuk energi terbarukan. "China akan secara aktif dan hati-hati berupaya mencapai puncak emisi karbon dan meraih netralitas karbon," demikian bunyi laporan tersebut. Sebagai negara yang memimpin dalam transisi energi, China telah melakukan investasi signifikan di bidang energi angin, energi surya, dan kendaraan listrik. Pada tahun lalu, kapasitas energi surya di negara tersebut meningkat sebesar 45%, sedangkan total kapasitas pembangkit energi rendah karbon, yang mencakup energi angin dan hidro, telah mencapai 40% dari total kapasitas listrik nasional. Pencapaian ini terjadi enam tahun lebih cepat dari target yang ditetapkan untuk tahun 2030, yang mencerminkan komitmen kuat China dalam menurunkan emisi karbon. Pada tahun 2024, China diperkirakan akan menambah sekitar 277 gigawatt (GW) kapasitas tenaga surya dan 80 GW kapasitas tenaga angin, menciptakan rekor baru dalam penambahan kapasitas energi terbarukan. Dengan turunnya biaya teknologi energi terbarukan, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional China baru-baru ini memutuskan untuk mengurangi subsidi bagi sektor ini agar dapat bersaing lebih baik di pasar bebas. Namun, di tengah upaya yang kuat untuk beralih ke energi hijau, batu bara tetap menjadi komponen penting dalam campuran energi China dan diperkirakan akan semakin mendominasi. Produksi batu bara di China diproyeksikan akan meningkat sekitar 1,5% pada tahun ini dibandingkan dengan tahun 2024, menandai kenaikan selama sembilan tahun berturut-turut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun terdapat dorongan global untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara, China masih bergantung pada bahan bakar fosil ini untuk menjaga stabilitas pasokan listriknya.
404
Kasus Tambang Raja Ampat Harus Diselidiki Secara Menyeluruh
Gibran: Perkembangan Bangsa Tidak Lagi Bergantung Pada Pemilik Tambang!