Harga batu bara mengalami penurunan signifikan pada Rabu (12/3/2025) akibat tekanan dari sentimen negatif yang tidak dapat dihindari, termasuk rencana India untuk mendirikan bursa batu bara serta penurunan impor di kawasan Asia. Harga batu bara Newcastle untuk bulan Maret 2025 turun sebesar US$ 3,4 menjadi US$ 101,5 per ton. Untuk bulan April 2025, harga turun US$ 3,25 menjadi US$ 107,5 per ton. Sementara itu, harga untuk bulan Mei 2025 berkurang US$ 2,05 menjadi US$ 111,95 per ton. Harga batu bara Rotterdam untuk Maret 2025 mengalami penurunan sebesar US$ 1,15, menjadi US$ 97,95. Sementara itu, harga untuk April 2025 juga turun sebesar US$ 1,5, mencapai US$ 97,85. Pada bulan Mei 2025, harga batu bara terkoreksi sebesar US$ 1,65, menjadi US$ 97,45. Menurut laporan dari Oilprice, Kementerian Batu Bara India berencana untuk mendirikan bursa perdagangan batu bara (Coal Trading Exchange/CTE) seiring dengan peningkatan produksi dalam negeri yang didorong oleh reformasi sektor dan kebijakan pemerintah. Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan mekanisme pasar yang lebih kompetitif dalam perdagangan batu bara di negara yang merupakan konsumen batu bara terbesar kedua di dunia setelah China. “Dengan meningkatnya ketersediaan batu bara domestik, kami memperkirakan akan terjadi perubahan signifikan menuju surplus batu bara,” ungkap Kementerian Batu Bara dalam pernyataan resminya. Reformasi ini diharapkan mampu merubah cara penjualan batu bara yang ada saat ini dan membentuk platform perdagangan yang lebih transparan serta kompetitif. Saat ini, sebagian besar batu bara di India dijual oleh perusahaan milik negara, yaitu Coal India Limited (CIL) dan Singareni Collieries Company Limited (SCCL). Dengan penerapan CTE, penambang batu bara swasta juga akan memiliki kesempatan untuk menjual produk mereka secara langsung di pasar. Bursa Batu Bara Pemerintah mengharapkan bahwa keberadaan bursa batu bara ini dapat berfungsi sebagai platform 'many-to-many', di mana para pembeli dan penjual dapat melakukan penawaran secara bersamaan, sehingga proses penemuan harga menjadi lebih efisien. Sejak tahun 2024, India telah mengurangi impor batu bara dengan meningkatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi permintaan energi yang terus meningkat. Meskipun memiliki cadangan batu bara yang melimpah, kualitas batu bara yang dihasilkan domestik umumnya lebih rendah dibandingkan dengan batu bara impor dalam hal efisiensi energi. Kementerian Batu Bara memperkirakan bahwa produksi batu bara India akan mencapai 1 miliar ton pada tahun fiskal 2024-2025 yang berakhir pada 31 Maret 2025. Selain itu, pemerintah juga memperkirakan bahwa produksi tahunan dapat melebihi 1,5 miliar ton pada tahun 2030. Di sisi lain, Reuters melaporkan bahwa impor batu bara metalurgi (coking coal) di Asia mencapai titik terendah dalam tiga tahun terakhir pada Februari 2025, disebabkan oleh penurunan permintaan dari China dan India. Menurut data Kpler, impor batu bara metalurgi di Asia menurun menjadi 15,85 juta ton pada bulan Februari, berkurang dari 20,42 juta ton pada bulan Januari. India, yang merupakan pembeli terbesar, mengalami penurunan impor yang signifikan dari 6,26 juta ton pada bulan Januari menjadi 4,56 juta ton pada bulan Februari, angka ini merupakan yang terendah sejak Desember 2021. Walaupun produksi baja di India meningkat sebesar 4,5% selama sepuluh bulan pertama tahun fiskal 2024-2025, pertumbuhan tersebut belakangan ini mengalami perlambatan akibat dua faktor utama, yaitu meningkatnya impor baja dan kebijakan pemerintah yang membatasi impor coke, bahan baku utama dalam proses pembuatan baja.
404
Kasus Tambang Raja Ampat Harus Diselidiki Secara Menyeluruh
Gibran: Perkembangan Bangsa Tidak Lagi Bergantung Pada Pemilik Tambang!