Menteri Arifin Menyampaikan Perkembangan Transisi Energi Dalam Pertemuan Menteri ETC

Kamis, 23 Mei 2024

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengungkapkan perkembangan upaya transisi energi Indonesia sejak COP 28 di Dubai pada bulan November-Desember 2023 dalam The 9th Virtual Meeting Energy Transition Council (ETC) Ministerial pada hari Rabu (22/5). Dalam forum tersebut, Arifin berdiskusi secara online dengan Menteri Negara untuk Keamanan Energi dan Net Zero Inggris, Justin Tomlinson, serta Sekretaris Departemen Energi Filipina, Raphael P.M. Lotilla.

Arifin menjelaskan bahwa Indonesia telah menyampaikan Enhanced Nationally Determined Contribution (e-NDC) dan telah merancang Peta Jalan Net Zero Emission (NZE) untuk sektor energi. Dalam dokumen e-NDC tersebut, Arifin menambahkan bahwa Indonesia akan semakin mengurangi emisi, dari target sebelumnya sebesar 29 persen menjadi 32 persen pada tahun 2030.

"Pada forum ini, kami telah menyampaikan dokumen e-NDC yang bertujuan untuk semakin mengurangi emisi dari 29 persen menjadi 32 persen pada tahun 2030. Selain itu, kami juga telah merancang Peta Jalan NZE untuk sektor energi yang akan dicapai pada tahun 2060 atau bahkan lebih cepat melalui transisi energi bersih," ujar Arifin dalam forum tersebut.

Adapun pada saat ini, Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan dokumen Second NDC yang berisi berbagai komitmen baru untuk mencapai target pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dengan dukungan internasional pada tahun 2031 hingga 2035, sesuai dengan skenario 1,5 derajat celcius. Dokumen Second NDC akan membandingkan pengurangan emisi GRK terhadap tahun rujukan 2019, berdasarkan inventarisasi GRK. Hal ini berarti tidak lagi menggunakan baseline business as usual.

Dalam Second NDC, Indonesia juga akan memperbarui kerangka transparansi yang mencakup Sistem Registri Nasional (SRN) dan MRV (measurement, reporting and verification). Selain komitmen mitigasi, Indonesia juga akan memperkuat komitmen adaptasi terhadap perubahan iklim melalui pelaksanaan Enhanced NDC.

Arifin menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia yakin dapat mencapai target pencapaian NZE pada tahun 2060, meskipun masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah potensi sumber energi terbarukan yang beragam, namun tersebar di berbagai titik di seluruh Indonesia yang jauh dari permintaan utama.

Maka dari itu, penting bagi kita untuk mengembangkan infrastruktur interkoneksi melalui jaringan listrik dan pipa gas guna mendukung integrasi energi regional dan pembangunan ekonomi. Indonesia berkomitmen untuk mengembangkan Super Grid sebagai upaya mendukung pengembangan energi terbarukan, mengatasi kesenjangan antara produsen dan konsumen, serta mengatasi masalah intermiten energi terbarukan. Selain itu, kami juga akan membangun pipa gas dari Sumatera ke Jawa guna memanfaatkan sumber daya gas yang kami miliki.

Arifin juga berpendapat bahwa percepatan dan kemudahan dalam pengembangan teknologi skala industri sangat penting untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan. Indonesia juga perlu memperluas industri pengolahan mineral untuk membangun ekosistem dan rantai pasokan yang mendukung transisi energi, serta menciptakan lapangan kerja baru.

Terkait dukungan finansial, Arifin menekankan bahwa pengembangan proyek transisi energi bersih dan industri pendukungnya akan membutuhkan pendanaan dan dukungan finansial tambahan.

Ada beberapa inisiatif seperti JETP, AZEC, IPEP yang saat ini sedang berjalan. Namun, kami membutuhkan dukungan keuangan tambahan untuk mempercepat pencapaian NZE, terutama di bidang-bidang yang kurang menarik bagi sektor swasta, seperti penghentian penggunaan batubara serta modernisasi dan perluasan jaringan listrik," pungkas Arifin.

Dewan Transisi Energi (ETC) dibentuk di bawah COP 26 dan diluncurkan pada 21 September 2020 dan diketuai secara bersama oleh Presiden COP26, Alok Sharma; dan Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Energi Berkelanjutan & CEO Sustainable Energy for All (SEforAll), Ibu Damilola Ogunbiyi.

ETC terdiri dari organisasi multilateral dan regional di bidang pembangunan berkelanjutan dan keuangan. Pertemuan ETC ingin mendorong peningkatan komitmen negara-negara penandatangan Paris Agreement untuk mengurangi emisi.



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.