REUTERS/Casey Hall

Petaka Tarif Trump, Ribuan Pabrik Pakaian Di China Berisiko Gulung Tikar

Rabu, 16 Apr 2025

Ecommerce asal China yang menawarkan produk dengan harga sangat terjangkau, seperti Temu dan Shein, dengan cepat meraih popularitas di pasar global. Namun, konflik tarif yang dipicu oleh kebijakan Trump dan penghapusan aturan 'de minimis' menjadi tantangan besar bagi kedua perusahaan tersebut. 

Temu mengumumkan penghentian iklan Google Shopping di Amerika Serikat pada 9 April yang lalu. Akibatnya, peringkatnya di toko aplikasi mengalami penurunan drastis, dari posisi ke-3 atau ke-4 menjadi ke-58.

Sementara itu, Shein juga mulai menunjukkan gejala penurunan. Perlu dicatat bahwa Temu dan Shein menerapkan model penjualan langsung dari produsen ke konsumen tanpa perantara, yang memungkinkan mereka menawarkan produk dengan harga yang sangat kompetitif.

Kepopuleran Shein telah memberikan dampak positif bagi masyarakat di wilayah selatan Guangzhou, China, yang bahkan dikenal dengan sebutan 'Desa Shein'. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pabrik yang memproduksi pakaian murah untuk dijual di kawasan Distrik Panyu.

Setiap tahun, Shein berhasil menjual pakaian dan produk fesyen lainnya dengan total mencapai US$30 miliar. Selama ini, Shein diuntungkan oleh kebijakan de minimis di AS yang membebaskan pajak untuk barang impor di bawah nilai US$800. Namun, penghapusan kebijakan tersebut berdampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat di Desa Shein.

Dalam kunjungan terbaru Reuters ke Desa Shein, suasana yang terlihat sangat suram.

Tiga pemilik pabrik dan empat pemasok lokal mengungkapkan bahwa pesanan dari Shein mengalami penurunan drastis, yang disebabkan oleh penghapusan kebijakan de minimis dan kekhawatiran terkait tarif yang diterapkan oleh Trump.

Mereka sedang mempertimbangkan untuk memindahkan fasilitas produksi mereka ke Vietnam agar tidak terpengaruh oleh ketegangan geopolitik antara China dan AS.

Tarif sebesar 145% yang ditetapkan oleh Trump dan penghapusan kebijakan de minimis untuk barang impor dari China menimbulkan pertanyaan besar mengenai masa depan pabrik-pabrik di Guangzhou dan Shein secara keseluruhan.

Salah satu pemilik pabrik, Mr. Li, yang telah berbisnis sejak 2006, memproduksi pakaian untuk pasar domestik dan internasional. Pabriknya telah menjalin kemitraan dengan Shein selama lima tahun.

Ia menyatakan bahwa pesanan dari Shein tahun ini telah menurun sebesar 50%, karena banyak pesanan yang beralih ke Vietnam.

"Dampaknya sangat nyata. Kami tidak merasa tarif ini akan berakhir dalam waktu dekat. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," ujarnya, seperti yang dilaporkan oleh Reuters pada Rabu (16/4/2025).

Di Desa Shein, ribuan pabrik kontrak kecil memproduksi barang dalam jumlah terbatas, mulai dari crop top hingga rok mini. Harga per item hanya beberapa yuan dan dikirim dengan cepat kepada konsumen di seluruh dunia dengan harga beberapa dolar.

"Sejujurnya, e-commerce lintas batas telah berkembang pesat dalam dua tahun terakhir. Sebelumnya, tidak ada bisnis serupa di China," kata pemilik pabrik lainnya, Mr. Hu.

Semua ini berkat Xu Yuangtian dari Shein, ungkapnya, merujuk pada pengusaha asal China-Singapura yang mendirikan Shein.

Baru-baru ini, Shein telah mendapatkan persetujuan untuk melakukan IPO di London, namun masih menunggu izin dari regulator di China. Perusahaan ini juga telah menginvestasikan 10 miliar yuan untuk proyek industri di China Selatan, termasuk US$500 juta untuk pusat rantai pasokan di Distrik Zengcheng, Guangzhou.

Mr. Li dan Mr. Hu mengonfirmasi laporan media sebelumnya yang menyatakan bahwa Shein mulai mendiversifikasi pemasok barang dan bekerja sama dengan pabrik-pabrik di Vietnam

"Sejak Imlek, ketika Trump dilantik sebagai Presiden AS, Shein telah menghubungi banyak pabrik besar untuk mencari cara membuka fasilitas di Vietnam," jelas Mr. Hu.

Menurut Mr. Hu, pabriknya tergolong kecil untuk menjadi kandidat yang layak mendapatkan insentif dari Shein untuk membuka pabrik di Vietnam. Pabrik tersebut hanya mempekerjakan 100 orang dan memproduksi antara 200.000 hingga 300.000 item setiap bulannya.

Dalam pernyataannya kepada Reuters, Shein membantah adanya peralihan rantai pasokan ke luar China. Perusahaan menyatakan akan tetap memprioritaskan pemasok di China dan berencana menambah 7.000 pemasok tahun ini, meningkat dari 5.800 pemasok pada tahun lalu.

Shein tidak memberikan tanggapan terkait isu insentif yang ditawarkan kepada pabrik-pabrik besar untuk membuka fasilitas manufaktur di Vietnam.



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.