Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Siti Nurbaya dalam pidato kuncinya yang dibacakan oleh Wakil Menteri LHK, Alue Dohong dalam High-Level Panel tersebut mengucapkan terima kasih atas respons positif dari berbagai pihak terhadap undangan Pemerintah Indonesia untuk menghadiri panel tingkat tinggi ini. Forum Air Dunia kali ini merupakan kesempatan penting untuk berbagi pemikiran dan mengangkat isu-isu krusial dalam upaya menyelamatkan ekosistem perairan yang unik dan bernilai tinggi, yaitu danau-danau yang sangat rentan terhadap tekanan di sekitarnya. Danau, baik yang alami maupun yang buatan, memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan menyediakan air tawar. Sebanyak 87% dari total air tawar di permukaan bumi berasal dari danau. Selain itu, danau juga memiliki manfaat lain seperti menyediakan air untuk kebutuhan manusia, kesehatan, pangan, dan energi terbarukan. Danau juga berperan dalam siklus makanan, pemurnian air, iklim, keanekaragaman hayati, serta mendukung kegiatan rekreasi dan tradisional. Menteri Siti menekankan pentingnya menjaga kesehatan ekosistem danau untuk menghadapi ancaman bencana terkait air. Tantangan lingkungan global seperti perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati juga harus diatasi dengan menjaga kelestarian danau. Hal ini juga sejalan dengan Agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, terutama Tujuan 6 yang menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Namun, Menteri Siti juga mengingatkan bahwa saat ini Tujuan 6 belum berada di jalur yang tepat untuk mencapai target pada tahun 2030. Volume danau air tawar juga mengalami penurunan drastis, bahkan hingga setengahnya. Lebih dari setengah dari danau terbesar di dunia mengalami penyusutan akibat tekanan besar dari penggunaan air yang berlebihan dan cekungan yang terlalu banyak. Krisis iklim juga menjadi faktor yang memperburuk kondisi danau. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang lebih serius dalam menjaga danau agar tetap berkelanjutan dan dapat memenuhi kebutuhan manusia serta kelestarian ekosistem. Untuk menanggulangi tantangan ini, berbagai negara, termasuk Indonesia, telah memulai gerakan nasional untuk melindungi ekosistem danau sejak tahun 2009, diikuti dengan pembentukan kebijakan, pedoman, dan rencana aksi untuk melindungi danau-danau yang menjadi prioritas. Menteri Siti memberikan apresiasi kepada UNEP atas dukungan penuh dalam memajukan manajemen danau ke tingkat global, serta berbagai upaya lain yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya manajemen danau yang berkelanjutan. Dalam kesempatan ini, Menteri Siti menyatakan penghargaan atas adopsi Resolusi UNEA 5/4 tentang Manajemen Danau Berkelanjutan pada 2 Maret 2022, yang merupakan tonggak penting dalam manajemen danau secara global. Menteri Siti menegaskan bahwa manajemen danau yang berkelanjutan harus menjadi bagian integral dalam menjaga keseimbangan antara perlindungan lingkungan dan pembangunan ekonomi. Terakhir, Menteri Siti mengajak semua pihak untuk membangun komitmen konkret melalui tindakan kolaboratif untuk manajemen danau yang berkelanjutan, dengan menetapkan target dan indikator yang disepakati untuk memantau serta mengevaluasi kemajuan implementasi dari tindakan kolaboratif ini.
404
Kasus Tambang Raja Ampat Harus Diselidiki Secara Menyeluruh
Gibran: Perkembangan Bangsa Tidak Lagi Bergantung Pada Pemilik Tambang!