Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

Batu Bara Dan Minyak Tidak Mengalami Pergerakan Berarti Pekan Ini, Apa Makna Dari Situasi Ini?

Senin, 14 Apr 2025

Harga komoditas seperti batu bara dan minyak dunia selama pekan ini cenderung stabil, dengan sedikit perubahan dibandingkan penutupan perdagangan pada Jumat pekan lalu. Berdasarkan informasi dari Refinitiv, harga batu bara mengalami kenaikan mingguan sebesar 1,02%, dari US$98 per ton menjadi US$99 per ton.

Menurut laporan dari Reuters, Presiden AS, Donald Trump, mendorong peningkatan produksi batu bara di negara tersebut. Namun, mengaktifkan kembali pembangkit batu bara yang telah dinonaktifkan untuk mencapai tujuan ini dianggap "tidak ekonomis," menurut laporan yang dirilis pada hari Kamis oleh Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA).

Pembangkit-pembangkit tersebut memiliki total kapasitas pembangkitan sebesar 36.566 megawatt (MW) dan telah ditutup dalam empat tahun terakhir. Namun, hanya sedikit dari pembangkit tersebut yang layak untuk dihidupkan kembali.

Usia rata-rata pembangkit yang telah pensiun adalah 56 tahun, dan semakin tua usia pembangkit, semakin tinggi biaya pemeliharaannya, yang pada gilirannya meningkatkan biaya produksi listrik. Selain itu, untuk memulai kembali operasinya, pembangkit-pembangkit ini memerlukan perawatan besar yang mahal dan sering kali tertunda.

Sentimen terkait kebijakan Trump untuk menghidupkan kembali industri batu bara, termasuk di West Virginia, memberikan dampak pada fluktuasi harga batu bara yang bagaikan roller coaster sepanjang pekan ini.

Di pasar minyak, harga Brent pada akhir pekan ini, Jumat (11/4/2025), tercatat di angka US$ 64,76, sementara WTI berada di US$ 61,5 per barel. Keduanya masih berada di level terendah dalam empat tahun terakhir meskipun sempat mengalami penguatan setelah Trump mengumumkan perubahan kebijakan tarif.

Tekanan tambahan muncul akibat keputusan OPEC+ untuk mempercepat rencana peningkatan produksi, yang semakin membebani prospek harga minyak. Goldman Sachs juga telah menurunkan estimasi harga minyak untuk akhir tahun menjadi US$62 untuk Brent dan US$58 untuk WTI

Di samping itu, kekhawatiran mengenai rendahnya permintaan minyak semakin menambah tekanan pada harga.

China, yang dalam beberapa bulan terakhir menunjukkan penurunan dalam permintaan industri dan konsumsi minyak, menyerap lebih dari 10 juta barel per hari dan berperan sebagai penentu utama harga minyak global.

Apabila pertumbuhan ekonominya terganggu akibat pembalasan tarif atau penurunan ekspor, pasar energi global berpotensi menghadapi kelebihan pasokan dalam waktu dekat.



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.