Jakarta - Pengalaman penerbangan yang panjang seringkali diakhiri dengan momen turun dari pesawat yang seharusnya berjalan lancar. Namun, ada satu fenomena yang kerap menguji kesabaran dan mengganggu ketertiban, yaitu keberadaan 'kutu lorong' pesawat. Istilah ini merujuk pada penumpang yang langsung melompat dari kursi, mendorong, dan memotong antrean begitu pesawat mendarat, hanya untuk bisa turun lebih dulu. Perilaku ini tidak hanya dianggap tidak sopan, tetapi juga menciptakan kekacauan dan memperlambat proses evakuasi seluruh penumpang.
Menurut Cecily Anderson, seorang pramugari dari maskapai Amerika yang dikutip dari Daily Mail, aksi 'kutu lorong' sangat mengganggu prosedur standar turun pesawat. Dia menegaskan bahwa aturan untuk turun secara tertib dan bergiliran dari depan ke belakang dibuat dengan alasan keamanan dan efisiensi yang jelas. "Mereka tidak hanya menjengkelkan, tapi juga memperlambat segalanya. Kami punya aturan tentang turun pesawat karena ada alasannya," ujar Cecily kepada Reader's Digest. Pelanggaran terhadap tata tertib ini pada akhirnya merugikan semua pihak.
Pramugari internasional lain, Angela McMurray, juga memberikan peringatan serupa kepada para traveler. Dia menekankan bahwa tindakan menjadi 'kutu lorong' tidak hanya meresahkan penumpang lain, tetapi juga menyulitkan kerja awak kabin yang bertanggung jawab atas kelancaran proses tersebut. Angela kemudian membagikan sejumlah tips praktis yang dapat dilakukan penumpang untuk menghindari perilaku buruk ini dan berkontribusi pada ketertiban.
Baca Juga: Sukses Besar Korpri Fun Night Run 2025: 7.583 Pelari Wujudkan Gelaran Sportstainment Di Mandalika
Tips pertama adalah mengenai kebiasaan berdiri di lorong. Angela menjelaskan bahwa berdiri untuk sekadar meregangkan badan setelah duduk lama adalah hal yang wajar dan diperbolehkan. Namun, penumpang harus tetap berada di area sekitar kursinya sendiri dan tidak menghalangi lorong dalam waktu lama. "Tidak apa-apa untuk berdiri jika perlu sedikit meregangkan tubuh, tetapi cobalah untuk tetap berada di area tempat duduk," sarannya. Ini penting untuk menjaga alur pergerakan dan memastikan lorong tidak macet.
Kesiapan sebelum turun menjadi kunci berikutnya. Angela menyarankan agar penumpang mulai merapikan dan mengumpulkan semua barang bawaannya sebelum pesawat benar-benar berhenti dan lampu tanda sabuk pengaman dimatikan. Dengan menyiapkan tas, jaket, dan barang lainnya lebih awal, proses untuk berdiri dan meninggalkan kursi akan menjadi lebih cepat. Hal ini juga meminimalkan kemungkinan barang tertinggal dan menghindari keharusan membongkar tas di tengah antrean.
Angela juga menyoroti kebiasaan buruk menunggu giliran untuk mengambil barang dari kabin atas. "Hal terburuk yang bisa dilakukan adalah menunggu giliran tiba, lalu mulai mengambil barang di kabin atas pesawat," ujarnya. Perilaku ini secara tiba-tiba menghentikan alur antrean yang sudah berjalan dan memaksa semua orang di belakangnya untuk menunggu. Seharusnya, pengambilan barang dari kompartemen overhead dilakukan segera setelah memungkinkan, sebelum bergabung dengan antrean turun.
Tip terakhir yang ditekankan Angela adalah tentang penggunaan alas kaki. Dia menegaskan pentingnya tetap memakai sepatu saat berjalan di lorong pesawat, termasuk saat akan turun. Selain alasan kebersihan yang jelas, berjalan dengan sepatu membuat pergerakan penumpang lebih cepat dan aman. Berjalan tanpa alas kaki justru berisiko dan berpotensi memperlambat diri sendiri serta orang lain di belakang.
Pada intinya, peringatan dari para pramugari ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran kolektif dan etika dalam berbagi ruang publik seperti kabin pesawat. Menjadi 'kutu lorong' mungkin terlihat seperti menghemat waktu beberapa detik bagi pelakunya, tetapi kenyataannya justru memperlambat seluruh proses dan merusak pengalaman ratusan penumpang lain. Perjalanan yang menyenangkan dan efisien diciptakan oleh kepatuhan pada aturan dan saling menghargai antar sesama penumpang serta awak kabin.