Bukan Sekadar Liburan, Luxury Family Travel Sebagai Investasi Emosional Lintas Generasi

, 14 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Chairil Khalis
Riset Booking.com memaparkan bahwa 46% traveler lebih memilih menggunakan dananya untuk perjalanan istimewa yang tak terlupakan daripada sekadar menabung untuk warisan. Bahkan, 80% traveler lansia bersedia membiayai perjalanan anak dan cucu mereka.

Jakarta - Peta perjalanan keluarga Indonesia sedang berubah. Jika dahulu liburan identik dengan paket wisata terjadwal ke destinasi populer, kini muncul gelombang baru yang lebih bernuansa: luxury family travel. Segmen ini tidak lagi mendefinisikan kemewahan semata-mata melalui harga kamar termahal, melainkan sebagai investasi untuk menciptakan memori kolektif yang bermakna dan memperkuat ikatan antar-generasi dalam keluarga.

Data global mengonfirmasi pergeseran paradigma ini. Pasar luxury travel dunia telah mencapai nilai fantastis, sekitar USD 2,2 triliun pada 2024, dan diproyeksikan terus tumbuh stabil. Di Indonesia, tren ini sejalan dengan meningkatnya minat wisatawan terhadap cultural immersion (penyelaman budaya), wellness tourism, dan eco-tourism, yang menunjukkan bahwa perjalanan kini lebih dipandang sebagai sarana eksplorasi nilai dan pengalaman autentik.

Yang menarik, dorongan utama tren ini seringkali berasal dari keinginan kakek-nenek (baby boomers) untuk berinvestasi pada kebersamaan. Riset Booking.com memaparkan bahwa 46% traveler lebih memilih menggunakan dananya untuk perjalanan istimewa yang tak terlupakan daripada sekadar menabung untuk warisan. Bahkan, 80% traveler lansia bersedia membiayai perjalanan anak dan cucu mereka. "Ini adalah perubahan signifikan dari warisan materi ke warisan pengalaman. Waktu bersama keluarga dianggap sebagai aset yang tak ternilai," ujar seorang pengamat industri.

Baca Juga: Konflik Militer Thailand-Kamboja Memanas, Indonesia Serukan Komitmen Gencatan Senjata

Fenomena ini mendorong industri untuk berinovasi. Hotel-hotel tidak hanya berlomba menyediakan kids club, tetapi juga merancang aktivitas yang melibatkan semua usia, seperti kelas memasak keluarga, tur sejarah interaktif, atau pengalaman budaya yang dipandu langsung oleh komunitas lokal. Konsep perjalanan yang sangat personal dan terkurasi menjadi standar baru, di mana setiap itinerary dirancang untuk mencerminkan minat dan dinamika keluarga tersebut.

Dalam ekosistem pencarian inspirasi ini, konten dari para kreator perjalanan keluarga berperan sebagai jendela yang relatable. Mereka menunjukkan bahwa kemewahan yang bernuansa keluarga bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, mulai dari staycation di hotel butik yang penuh karakter hingga petualangan kuliner di pusat kota. Sebagai contoh, akun Marvelvino, yang dikelola sebuah keluarga, secara konsisten mengkurasi dan membagikan pengalaman mereka mengunjungi hotel, restoran, dan atraksi ramah keluarga dari dalam maupun luar negeri. Konten semacam ini memberikan gambaran visual dan naratif yang membantu keluarga lain memvisualisasikan dan merencanakan momen kebersamaan berkualitas mereka sendiri, menekankan bahwa inti dari kemewahan adalah kenyamanan bersama dan kenangan yang tercipta.

Dengan demikian, luxury family travel telah bertransformasi dari simbol status ekonomi menjadi ekspresi nilai keluarga. Tren ini menandai era di dimana kualitas waktu dan kedalaman pengalaman bersama jauh lebih berharga daripada kemewahan fisik yang bersifat individual. Ke depan, segmen ini diprediksi akan terus berkembang, mendorong industri pariwisata untuk semakin kreatif dalam menawarkan pengalaman yang tidak hanya mewah, tetapi juga meninggalkan jejak emosional yang dalam bagi setiap generasi dalam keluarga.

(Chairil Khalis)

    Bagikan:
komentar